RI Bangun dari Tidur: Siap Bikin Kaget Semua Negara di 2045

infografis-bernilai-rp-8276-t-harta-karun-incaran-jokowi_169

Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas akan mulai mendorong proses industrialisasi secara signifikan dalam periode 2025-2045. Tujuannya supaya Indonesia bisa terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, industrialisasi ini telah menjadi fokus pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Mekanismenya pun bukan lagi dalam bentuk dorongan untuk hilirisasi sebagaimana digencarkan saat ini.

“Jadi strategi industrialisasi ini akan menjadi di depan, motor penggerak, kebijakan yang lain mengikuti, jadi koheren, sinkron, jadi bukan berarti strategi industrialisasi sendiri, investasi sendiri. Enggak, semua harus koheren,” kata Amalia saat ditemui di kantornya, Jakarta, seperti dikutip Senin (29/5/2023)

Melalui strategi industrialisasi ini, Bappenas mematok target total kontribusi industri terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 28% pada 2045 dari 2025 sebesar 18,7%. Target kontribusi itu bukan belum pernah dicapai Indonesia, melainkan sudah.

Berdasarkan catatan Bappenas, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB pernah menyentuh level 27,41% pada 2005, namun kontribusi itu terus mengalami penurunan yang drastis dari tahun ke tahunnya hingga 2022 ke level 18,34%. Karena itu, Amalia menganggap kini telah terjadi deindustrialisasi dini di Indonesia.

“Sekarang sudah 18,3%, dulu kita pernah 27% sometimes ago, sekarang 18% ini tanda-tanda deindustrialisasi dini, ini PR besar kita, ini yang menjadi inti esensi nanti dari transformasi ekonomi,” tuturnya.

Melalui strategi industrialisasi ini, Bappenas akan memfokuskan pembangunan industrinya berdasarkan kekuatan sumber daya masing-masing wilayah, sehingga pembangunan proyek-proyek industri tidak lagi serampangan dan kucuran investasi yang dicari akan lebih selektif.

Dalam jangka menengah, pembangunan industri di wilayah Jawa-Bali misalnya akan berbasis kan pasar, memproduksi barang konsumsi, hingga memanfaatkan keunggulan aglomerasi. Selain itu juga akan menjadi pusat jasa modern, pintu gerbang internasional untuk pariwisata, dan menjadi lumbung pangan nasional.

Adapun untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan, industrialisasinya berbasis sumber daya alam dengan memanfaatkan keunggulan komoditas perkebunan dan pertambangan. Selain itu juga didesain sebagai lumbung energi dan pangan nasional, pengembangan pariwisata berbasis alam dan budaya.

Terakhir, untuk wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, industrialisasi akan berbasis sumber daya alam yang perlu mendekati bahan baku, khususnya untuk industri berbasis pertambangan. Selain itu juga didorong untuk peningkatan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

“Jangan dianggap ini hanya hilirisasi tambang, itu hanya salah satu dari tahapan industrialisasi. Jadi Bappenas akan menyusun konsep industrialisasi yang lebih besar, lebih komprehensif, untuk kita mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ungkap Amalia.